Thursday, February 17, 2011

PANGGILAN ILAHI

Manusia setiap hari menantikan 3 panggilan Allah. Panggilan yang paling rutin adalah panggilan 5 kali sehari saat tiba waktu sholat. Panggilan kedua adalah panggilan ke kota Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menyempurnakan rukun Islam. Sedangkan panggilan terakhir adalah panggilan menuju alam kubur kelak.

Ketiga panggilan tersebut hakekatnya adalah sama. Tiap waktu sholat seharusnya kita merasa sedang diingatkan bahwa Allah sedang memanggil. Atau kalau mau lebih serem lagi, kita harus menganggapnya sebagai panggilan terakhir ke alam kubur. Saya teringat kisah Umar bin Khattab r.a. Beliau pernah mengatakan bahwa saat sholat, dia merasa sedang berada di sebuah tebing curam. Di sebelah kanan dan kiri adalah neraka dan di depan adalah surga. Beliau merasa seolah-olah sholat adalah gerbang menuju kematiannya.

Sahabat Ali bin Abi Thalib r.a malah lebih gila lagi. Saat panah menancak ke tubuhnya, dia meminta para sahabat yang lain untuk mencabutnya saat dia sedang sholat. Dan benar, saat Ali sholat, panah-panah itu di cabut dan dia tidak merasakan sakit sama sekali karena sudah merasa begitu nikmatnya bertemu Allah.

Kyai saya dulu pernah mengatakan bahwa kita hidup ini cuma menunggu antar waktu sholat hingga waktu sholat berikutnya. Tujuan hidup ini cuma 1 yaitu beribadah pada Allah, menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk akhir kelak. Maka, anggaplah semua aktifitas lain selain ibadah sebagai selingan saja sambil menunggu saat sholat. Bahkan kalau bisa, lakukan aktifias yang membawa manfaat bagi orang lain. Jadi PNS, layanilah rakyat yang membutuhkan layanan publik dengan baik, jadi tukang bengkel bantulah orang-orang yang kesulitan dengan kendaraannya, jadi pemilik blog, bantulah pengunjung dengan tips-tips dan informasi yang bermanfaat.

Saya berpikir, jika semua orang menganggap seperti itu, maka akan ada layanan-layanan yang memuaskan di dunia ini. Pegawai bekerja dengan baik, majikan mengubah dengan baik. Pedagang menjual produk yang baik dan manfaat, pembeli membayar dengan harga yang membuat pedagang tersenyum.

Tapi sayang, kita saat ini melihat kebalikan dari itu semua. Bukan kita sedang menantikan panggilan sholat, tapi sholat menantikan kehadiran kita. Waktu sholat diundur hingga batas akhir. Alasannya klasik, bukankah masih ada waktu? Bukankah waktu sholat masih panjang? Maka jadilah sholat menunggu kita menyelesaikan pekerjaan yang lebih penting dari panggilan Ilahi. Allah harus menunggu kita selesai dengan pekerjaan-pekerjaan kita.

Anehnya, saat kita meminta sesuatu pada Allah kita inginnya cepat dikabulkan. Kalau bisa begitu tangan kita turun, doa kita sudah dikabulkan. Saya jadi berpikir, saat Allah memanggil, kita bilang, “Tunggu dulu, saya masih sibuk. waktunya masih lama kan?”. Dan saat kita butuh Allah kita bilang, “Allah, buruan dong kabulkan doa saya”. Kira-kira gimana sih anggapan kita pada Allah? Apakah Allah itu sudah jadi pelayan kita?

Tidak mudah memang selalu tepat waktu, apalagi tepat waktu di masjid. Ustadz saya memberi toleransi-toleransi agar kita tidak dianggap melalaikan panggilan Ilahi

1. Datang sebelum adzan di Masjid
2. Datang ke Masjid saat mendengar adzan
3. Datang setelah adzan sebelum iqamah
4. Datang saat mendengar iqamah
5. Datang sebelum rakaat pertama berakhir
6. Datang sebelum sholat berakhir
7. Datang sebelum orang-orang pulang dari Masjid
8. Yang penting datang ke Masjid

Itulah 8 toleransi mulai yang tertinggi sampai yang terendah. Jika 8 batasan itu tak mampu kita lakukan, maka hendaknya kita banyak istighfar jika doa kita tak juga dikabulkan. Apalagi jika tiap doa kita baru di kabulkan menjelang detik-detik terakhir. Segera evaluasi seberapa cepat kita menyambut panggilan Allah. Saya pribadi juga masih belajar. Belajar untuk lebih tegas pada diri sendiri akan respon terhadap panggilan Allah ini. Yah, kita sama-sama belajar dan semoga semangat kita untuk berubah dinilai Allah sebagi wujud pertaubatan kita.

1 comment: